Santa Gemma Galgani
Perawan (4 Mei)
Pada suatu ketika, ia sedang berdoa di gereja untuk ayah dan ibunya, tiba-tiba ia mendengar suara ajaib: “ Gemma, bolehkah ibumu kuambil?” Tanpa banyak berpikir, Ia menyahut suara itu: “Ya, boleh Tuhan! Tetapi saya juga turut.” “Tidak! Kali ini hanya ibumu. Kelak, Gemma boleh juga turut ke surga!” Balas suara itu.
Ketika Gemma berumur 20 tahun, ayahnya meninggal dunia. Ia ditinggalkan ayahnya dalam keadaan miskin. Sebagai anak perempuan tertua, ia harus mengurus adik-adiknya. Sementara itu, penyakit TBC yang ganas perlahan-lahan mulai menyerang juga. Penyakit tersebut menghalanginya dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mewujudkan cita-citanya menjadi seorang suster Passionis. Permohonannya ditolak karena penyakit yang dideritanya. Namun ia tidak putus asa, ia percaya bahwa penyakit tersebut bisa disembuhkan.
Tuhan mengabulkan permohonan doa novenanya kepada Santo Gabriel Porssenti dan ia diberi kesembuhan. Namun, kesehatannya tidak pulih seluruhnya sehingga cita-citanya tetap tidak terwujudkan. Ia bertekad untuk menghayati hidup baktinya kepada Tuhan di rumah seorang wanita Katolik, tempat iad bekerja sebagai PRT, ia mengalami banyak peristiwa ilahi dan dikaruniai lima luka Yesus (stigmata) pada kaki, tangan, dan lambungnya, serta luka-luka pada kepala Yesus karena tusukan mahkota duri.
Selain penderitaan badani, ia juga mengalami penderitaan batin karena celaan orang-orang sekitar terhadap cara hidupnya. Ia wafat pada 11 April 1903 di Lucca, Tuscany, Italia. Gemma dinyatakan Kudus oleh Paus Pius XII (1939-1963) pada 2 Mei 1940. Gelar Kudus tersebut diberikan karena kesucian hidup dan kerendahan hatinya di hadapan sesame dan Tuhan.
0 Komentar