Halo para pembaca, GolekWawasan pada postingan kali ini akan membagikan Contoh Makalah Mata Kuliah Ilmu Kealaman Dasar dengan Materi Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ( Hakikat IPA). Materi ini merupakan materi dari mata kuliah Ilmu Kealaman Dasar untuk mahasiswa ekonomi. Makalah Hakikat IPA ini terdiri dari 3 bagian yaitu Pendahuluan, Pembahasan, dan Penutup. Pada bagian pendahuluan akan dibahas latar belakang, rumusan masalah, hingga tujuan penulisan. Lalu pada bagian pembahasan akan berisi
- pengertian dari IPA, lalu
- pembagian hakikat IPA (IPA sebagai produk, IPA sebagai proses, dan IPA sebagai sikap ilmiah),
- cara berpikir IPA,
- tahap perkembangan pikiran manusia, dan terakhir
- perbedaan IPA klasik dan IPA modern
Ilustrasi Menulis Makalah |
Di bagian Penutup kita akan menjumpai kesimpulan dan saran atas penulisan makalah mengenai Hakikat IPA ini. Semoga contoh makalah ini dapat membantu para membaca untuk memahami lagi mengenai materi hakikat ilmu pengetahuan alam dan juga dapat sebagai referensi dalam mengerjakan tugas membuat makalah dengan materi serupa.
Contoh Makalah Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ( Hakikat IPA ) Lengkap Pembukaan - Penutup
MAKALAH
HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN ALAM
( I P A )
logo kampus kalian
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Dra. Sri Subanti
DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:
Al Barru Athallah F0319010
Annisa Firdausi Nuzulla F0319019
Try Rizky Almaeda F0319136
Vincentius Sadhana Kristi F0319137
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM SARJANA AKUNTANSI
2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puja puji syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Tuhan YME, yang dengan izin dan rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kealaman Dasar yang diampu oleh Dr. Dra. Sri Subanti. Tak luput juga, makalah ini ditujukan untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Makalah ini kami susun sebaik dan semaksimal mungkin dengan bantuan dari berbagai pihak yang memperlancar proses penyusunan, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat tidaklah sempurna baik dari susunan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran yang disampaikan pembaca agar kami dapat menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan informasi kepada pembaca dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surakarta, 20 Maret 2020
Penulis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam dikenal juga dengan sains. Di dalam Ilmu Pengetahuan Alam terdapat banyak hal yang dapat kita pelajari yang semuanya bersumber dari fenomena alam, kemudian diteliti dan dipelajari oleh manusia. Di dalam Ilmu Pengetahuan Alam juga terdapat fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya mengenai suatu gejala alam. Adanya Ilmu Pengetahuan Alam kita menjadi tahu segala yang berhubungan dengan tubuh kita, bagaimana mekanisme pencernaan kita, bagaimana kita dapat bernapas, dan bagaimana makanan dapat masuk ke dalam lambung kita.
Dalam Hakikat IPA sendiri terdiri dari IPA sebagai produk, IPA sebagai proses, dan IPA sebagai sikap ilmiah. Dengan mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam kita menjadi tahu bagaimana cara berpikir secara ilmiah yang mana harus didasari rasa percaya, rasa ingin tahu, dan koreksi diri. Kita menjadi tahu perkembangan pemikiran manusia hingga dapat menemukan dan melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda sehingga lahirlah Ilmu Pengetahuan Alam. Kita melihat saat ini perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam semakin maju dengan mulai banyaknya ilmu baru yang diperoleh bukan berdasar tradisi dan kebiasaan semata tapi dilandasi dengan adanya teori dan praktek. Maka dari itu adanya pembahasan mengenai Hakikat IPA ini dirasa penting karena selain berhubungan dengan diri kita sendiri yang adalah bagian dari alam semesta ini, namun juga ilmu ini akan semakin berkembang di masa yang akan datang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat IPA mulai dari makna dan pembagiannya?
2. Bagaimanakah cara berfikir IPA?
3. Bagaimana tahap perkembangan alam pikiran manusia hingga lahirlah IPA?
4. Bagaimana perbedaan antara IPA klasik dan IPA modern ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ialah:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan hakikat pembelajaran IPA dari segi makna dan juga pembagiannya.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana cara berfikir IPA.
3. Mahasiswa dapat memahami tahapan perkembangan alam pikiran manusia.
4. Mahasiswa dapat membedakan antara IPA klasik dan IPA modern
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT IPA
1. PENGERTIAN IPA
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains iniberasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”. Dalam bahasa Inggris,kata sains berasal dari kata science yang berarti”pengetahuan”. IPA bisa disebut juga dengan natural science. Sumber lain menyatakan bahwa natural science didefinisikan sebagai a “piece of theoretical knowledge” atau sejenis pengetahuan teoritis. IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. Dapat disimpulkan dari pengertian diatas, bahwa pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. Dan IPA juga memberikan pemahaman kepada kita bagaimana caranya agar kita dapat hidup dengan cara menyesuaikan diri terhadap hal-hal tersebut.
IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Menurut H.W Fowler (2010), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan yang berhubungan dengan gelaja-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi. Sedangkan Marsetio (2013) mengatakan bahwa IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Adapun menurut Wahana (2012), IPA adalah suatu kumpulan pengetahuaan yang tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang segala kehidupan yang ada di alam baik yang bersifat biotik dan abiotik.
2. PEMBAGIAN HAKIKAT IPA
Didalam pembagian hakikat IPA dibagi menjadi tiga, diantaranya :
1. IPA Sebagai Produk
IPA sebagai produk adalah kumpulan hasil kegiatan dari para ahli saintis sejak berabad-abad, yang menghasilkan berupa fakta, data, konsep, prinsip, dan teori-teori. Jadi hasil yang berupa fakta yaitu dari kegiatan empiric (berdasarkan fakta), sedangkan data, konsep, prinsip dan teori dalam IPA merupakan hasil kegiatan analitik.
Dalam hakikat IPA dikenal dengan istilah :
a. Fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif atau bisa disebut sesuatu yang dapat dibuktikan kebenarannya.
b. Prinsip IPA adalah generalisasi ( kesimpulan ) tentang hubungan diantara konsep-konsep IPA. Prinsip bersifat analitik dan dapat berubah bila observasi baru dilakukan, sebab prinsip bersifat tentative ( belum pasti ).
c. Hukum alam adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima meskipun juga bersifat tentative, tetapi karena mengalami pengujian-pengujian yang lebih keras daripada prinsip, maka hukum alam bersifat lebih kekal.
d. Teori ilmiah adalah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, data-data, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori ini dapat berubah jika ada bukti-bukti baru yang berlawanan dengan teori tersebut.
2. IPA Sebagai Proses
IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis dalam menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. Melalui proses ini kita bisa mendapatkan temuan-temua ilmiah, dan perwujudannya berupa kegiatan ilmiah yang disebut penyelidikan ilmiah.
3. IPA Sebagai Sikap Ilmiah
Maksudnya adalah dalam proses IPA mengandung cara kerja, sikap, dan cara berfikir. Dan dalam memecahkan masalah atau persoalan, seorang ilmuan berusaha mengambil sikap tertentu yang memungkin usaha mencapai hasil yang diharapkan. Sikap ini dinamakan sikap ilmiah.
B. CARA BERFIKIR IPA
Setiap bidang ilmu pengetahuan memiliki pola pikir atau cara pandang dari prespektif yang berbeda-beda. Sebagai ilmu eksak yang bersifat empiris, IPA memiliki cara berfikir yang meliputi :
a. Percaya (Believe)
Kecenderungan para ilmuwan melakukan penelitian terhadap masalah gejala alam dimotovasi oleh kepercayaan bahwa hokum alam dapat dikontruksi dari observasi dan diterangkan dengan pemikiran dan penalaran.
b. Rasa ingin tahu (curiosity)
Kepercayaan bahwa alam dapat dimengerti didorong oleh rasa ingin tahu untuk menemukannya.
c. Imajinasi (imagination)
Para ilmuan sangat mengandalkan pada kemampuan imajinasinya dalam memecahkan masalah gejala alam.
d. Penalaran (reasoning)
Penalaran setingkat dengan imajinasi para ilmuan juga mengandalkan penalaran dalam memecahkan masalah gejala alam.
e. Koreksi diri (self examination)
f. Pemikiran ilmiah adalah sesuatu yang lebih tinggi dari pada sekedar suatu usaha untuk mengerti tentang alam. Pemikiran ilmiah juga merupakan sarana untuk memahami dirinya,untuk melihat seberapa jauh para ahli sampai pada kesimpulan tentang alam.
C. TAHAP PERKEMBANGAN ALAM PIKIRAN MANUSIA
Setiap manusia berakal memiliki keingintahuan pada objek yang berbeda-beda tergantung bidang minatnya. Dengan akalnya manusia mencoba untuk memecahkan persoalan akibat dari rasa keingintahuannya. Rasa ingin tahu itu dapat diperkuat atau dilemahkan tergantung lingkungan manusia itu berada. Dalam perjalanan waktu pola pikir manusia berkembang sesuai jamannya, hingga terkumpulah pengetahuan sebagai hasil dari bertanya, meneliti, menyelidiki, atau mencermati. Menurut August Comte erkembangan pola pikir manusia diawali dengan tahap-tahap berikut ini :
1. Tahap teologi/metafisika/mitos
Pada tahap teologi atau fiktif, berusaha untuk mencari dan menemukan sebab yang pertama dan tujuan yang terakhir dari segala sesuatu, dan selalu dihubugkan dengan kekuatan gaib. Gejala alam yang menarik perhatiannya selalu diletakkan dalam kaitannya dengan sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan bahwa setiap gejala dan peristiwa dikuasai dan diatur oleh para dewa atau kekuatan gaib lainnya. Tahap ini terjadi karena keterbatasan manusai dalam pengamatan, peralatan, dan cara berpikir pada saat itu. Pada tahap ini manusia berusaha menerangkan segenap fakta kejadian dalam kaitannya dengan teka-teki alam yang dianggapnya berupa misteri. Pada tahap ini manusia menganggap dirinya sebagai bagian dari keseluruhan alam, sehingga mudah dirasuki oleh daya dan kekuatan alam.
2. Penalaran
Penalaran adalah suatu proses berpikir yg membuahkan pengetahuan, atau proses mental dalam mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip. Penalaran dibagi menjadi dua bentuk yaitu :
§ Penalaran deduktif (rasionalisme)
Penalaran deduktif adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yg bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus (pola silogisme) yang terdiri atas dua pernyataan yaitu premis mayor dan premis minor serta kesimpulan yang diperoleh berdasarkan penalaran deduktif kedua premis. Rasionalisme mengandalkan rasio untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Kelemahan panalaran deduktif antara lain, penalaran bersifat abstrak, lepas dari pengalaman/indera, tidak ada kesepakatan untuk diterima oleh semua pihak, kesulitan menerapkan konsep rasional pada kehidupan praktis (kadang kontradiktif dengan kenyataan hidup sehari-hari)
§ Penalaran induktif (empirisme)
Penalaran induktif adalah suatu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum berdasarkan pengamatan-pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus. Sedangkan empirisme adalah pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang diperoleh langsung dari pengalaman konkrit. Kelemahan penalaran induktif: sekumpulan fakta/gejala/kasus yang diamati belum tentu konsisten, kadang kala dipengaruhi oleh persepsi pengamat. Karena penalaran induktif melibatkan panca indera, maka ada keterbasan ketika benda/sesuatu yang diamati tidak dapat dijangkau oleh indera.
3. Pendekatan ilmiah (scientific method)
Pada tahap ini manusia mampu berpikir secara positif/riil atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya. Tahap ini merupakan peraduaan antara penalaran deduktif dan penalaran induktif. Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan ilmiah. Salah satu aspek tujuan dalam mempelajari ilmu alamiah adalah pembentukan sikap ilmiah. Orang yang berkecimpung dalam ilmu alamiah akan terbentuk sikap ilmiah yang antara lain adalah:
a. Jujur
Jujur adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya dan apa adanya, tidak di tambahi ataupun tidak dikurangi.
b. Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity)
Bagi seorang ilmuwan hal yang dianggap biasa oleh orang pada umumnya, hal itu merupakan hal penting dan layak untuk diselidiki.
c. Terbuka
Seorang ilmuwan harus mempunyai pandangan luas, terbuka, dan bebas dari praduga. Seorang ilmuwan akan menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum diterima atau ditolak. Dengan kata lain, ia terbuka akan pendapat orang lain.
d. Toleran
Seorang ilmuwan tidak merasa bahwa dirinya paling benar, ia bersedia mengakui bahwa orang lain mungkin lebih benar dan bersedia belajar dari orang lain, membandingkan pendapatnya dengan pendapat orang lain, ia memiliki tenggang rasa atau sikap toleran yang tinggi dan jauh dari sikap angkuh. Toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan.
e. Skeptis
Skeptis adalah sikap kehati-hatian dan kritis dalam memperoleh informasi dan meragukan kebenaran informasi sebelum teruji dan didukung oleh data fakta yang kuat. Tujuan dari skeptis yaitu tidak keliru dalam membuat pernyataan, keputusan atau kesimpulan. Segala sesuatu harus dipertanyakan, diklarifikasi, dan dijelaskan secara akurat.
f. Optimis
Optimis adalah berpengharapan baik dalam menghadapai segala sesuatu, tidak putus asa, dan selalu berkata “Beri saya kesempatan untuk berpikir dan mencoba mengerjakannya”.
g. Pemberani
Seorang ilmuwan harus memiliki sikap pemberani dalam menghadapi ketidakbenaran, kepura-puraan, penipuan, dan kemunafikan yang akan menghambat kemajuan.
h. Kreatif
Seseorang dalam mengembangkan ilmunya harus mempunyai sikap kreatif yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif dan berkemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru.
i. Kritis
Sikap kritis direalisasikan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya, baik dengan jalan bertanya kepada siapa saja yang diperkirakan mengetahui masalah maupun dengan membaca sebelum menentukan pendapat untuk ditulis.
j. Sikap Rela Menghargai Karya Orang Lain
Sikap rela menghargai karya orang lain diwujudkan dengan mengutip dan menyatakan terima kasih atas karangan orang lain, dan menganggapnya sebagai karya yang orisinal milik pengarangnya.
k. Sikap Menjangkau ke Depan
Sikap menjangkau ke depan dibuktikan dengan sikap futuristic, yaitu berpandangan jauh, mampu membuat hipotesis dan membuktikannya dan bahkan mampu menyusun suatu teori baru.
Didalam penyelidikan suatu ilmiah terbagi menjadi beberapa tahapan, diantaranya :
i. Perumusan masalah sebagai langkah awal menentukan apa yang akan dikaji. Agar permasalahan dapat diteliti dengan seksama, maka perlu dibatasi. Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam merumuskan masalah, antara lain sebagai berikut :
a. Masalah hendaknya dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya.
b. Rumusan masalah hendaknya singkat, padat, jelas dan mudah dipahami.
c. Rumusan masalah hendaknya merupakan masalah yang kemungkinan dapat dicari cara pemecahannya.
ii. Observasi/ pengamatan dengan menggunakan panca indra.
iii. Prediksi yaitu memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan kecenderungan atau pola hubungan pada data yang telah diperoleh.
iv. Interpretasi yaitu penafsiran terhadap data-data hasil pengamatan.
v. Merencanakan dan melaksanakan penelitian eksperiman yang berupa rencana atau hal-hal yang harus dilakukan sebelum, selama dan setelah penelitian selesai. Penelitian yang kita lakukan dapat berupa penelitian deskriptif maupun penelitian eksperimental. Penelitian deskripsi merupakan penelitian yang memberikan gambaran secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta dan sifat-sipat objek yang diselidiki. Adapun penelitian eksperimental merupakan penelitian yang menggunakan kelompok pembanding.
vi. Mengendalikan variabel yaitu mengukur variabel sehingga ada perbedaan pada akhir eksperimen karena pengaruh variabel yang diteliti. Variabel terdiri atas tiga yaitu:
• Varibel bebas/ peubah yaitu faktor yang menjadi penyebab terjadinya perubahan.
• Variabel terikat yaitu faktor yang dipengaruhi.
• Variabel control yaitu variabel yang dibuat tetap.
vii. Pelaksanaan penelitian berupa pengumpulan/pengambilan data dan pengolahannya. Data dibagi menjadi dua, yaitu :
§ Data kualitatif merupakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dengan menggunakan alat indra.
§ Data kuantitatif merupakan data yang diperoleh dari hasil pengukuran sehingga akan diperoleh data berupa angka-angka.
viii. Hipotesis yaitu suatu pernyataan berupa dugaan sementara tentang kenyataan-kenyataan yang ada di alam melalui perkiraan.
ix. Pelaporan penelitian sebagai hasil akhir dari proses pengamatan
Sistematika penyusunan laporan penelitian, antara lain :
1. Pendahuluan
2. Telaah kepustakaan/kajian teori
3. Metode penelitian
4. Hasil dan pembahasan penelitian
5. Kesimpulan dan saran
Sebagai suatu metode, metode ilmiah memiliki keunggulan dan juga keterbatasan. Berikut ini adalah keunggulan dan keterbatasan metode ilmiah, antara lain :
A. Keterbatasan
Metode ilmiah melahirkan suatu ilmu atau penelitian yang didapatkan dari pengujian hipotesis data pengamatan oleh panca indera. Karena keterbatasan panca indera, maka tidak semua data yang terkumpul sesuai dengan yang sebenarnya, sehingga kesimpulan yang diambil berdasarkan data tentu saja juga tidak akan benar. Dengan demikian, peluang terjadinya kekeliruan suatu kesimpulan yang diambil berdasarkan metode ilmiah tetap ada. Semua kesimpulan ilmiah, atau kebenaran ilmu bersifat tentatif, artinya kesimpulan itu dianggap benar selama belum ada kebenaran ilmu yangdapat menolak kesimpulan itu. Sedangkan kesimpulan ilmiah yang dapat menolak kesimpulan ilmiah yang terdahulu, menjadi kebenaran ilmu yang baru.Keterbatasan lain yaitu tidak dapat menjangkau untuk membuat kesimpulan yang bersangkutan dengan baik dan buruk atau sistem nilai, tentang seni dan keindahan, dan juga tidak dapat menjangkau untuk menguji adanya Tuhan.
B. Keunggulan
§ Melatih kebiasaan berpikir yang sistematis, logis dan analitis
§ Memupuk sifat jujur, obyektif, terbuka, disiplin dan toleran
§ Menolak takhayul dan menolak pendapat tanpa bukti nyata.
D. IPA KLASIK DAN IPA MODERN
Bila dilihat dari pengertian klasik itu sendiri dapat diartikan bahwa yang klasik umumnya bersifat tradisional berdasarkan pengalaman, kebiasaan, atau naluri semata. Meskipun ada kreasi, namun merupakan tiruan dari keadaan alam sekitar. IPA klasik merupakan suatu proses IPA di mana teori dan eksperimen memiliki peran saling melengkapi dan memperkuat. IPA klasik memiliki kajian yang bersifat makroskopik, yakni mengacu pada hal-hal yang berskala besar dan kaidah pengkajiannya menggunakan cara tradisional. Ciri-ciri IPA klasik adalah sebagai berikut :
a. Lebih mendahulukan eksperimen dari teori.
b. Mendeskripsikan gejala-gejala alam.
c. Penekanannya secara kualitatif sehingga yang ditunjukan kuantitatif.
IPA modern adalah proses metode keilmuan yang lebih menekankan teori dari pada eksperimen atau praktek. Cirinya adalah adanya hukum sebab akibat memberikan kepastian mutlak, mendekati kebenaran mutlak dari gejala yang dipermasalahkan. IPA modern memiliki telaahan yang bersifat mikroskopik, yakni sesuatu yang bersifat detail dan berskala kecil. Selain itu, IPA modern menerapkan teori eksperimen, di mana ia menggunakan teori yang telah ada untuk eksperimen selanjutnya.
Secara umum, langkah-langkah penerapan metode ilmiah pada IPA klasik dan IPA modern adalah sama, yakni harus melalui penginderaan, perumusan masalah, pengajuan hipotesis, eksperimen, dan penarikan kesimpulan (teori). Baik IPA klasik maupun IPA modern keduanya memiliki tujuan akhir yang sama, yakni keingintahuan. Namun pada IPA klasik, suatu pengetahuan didapatkan dari awal yang didasarkan pada hasil eksperimen dan kajian pada IPA klasik lebih dangkal karena terbatas pada alat indera. Sedangkan pada IPA modern, suatu pengetahuan diperoleh melalui eksperimen yang dilakukan dengan berkiblat pada teori yang telah ada dan dengan bantuan teknologi yang lebih canggih dan maju, maka kajian dari IPA modern lebih mendetail. Sehingga diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai suatu fenomena alam. Dapat disimpulkan bahwa IPA modern sebenarnya merupakan pengembangan dari IPA klasik.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sains merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Hakikatnya IPA dapat dibagi menjadi IPA sebagai Produk, sebagai proses, dan sebagai sikap ilmiah. Beberapa cara berpikir ilmiah yaitu percaya, rasa ingin tahu, imajinasi, penalaran, koreksi diri. IPA juga tidak terjaid dengan sendirinya.IPA mengalami tahap perkembangan yang dimulai dengan cara berpikir. Dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan IPA bisa dibedakan menjadi dua yaitu IPA klasik dan modern. IPA klasik adalah IPA yang menekankan bahwa teori dan eksperimen saling melengkapi sedangkan IPA moderen lebih menekankan teori daripada eksperimen.
B. SARAN
Mahasiswa harus lebih mengerti konsep dari ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan alam maupun sosial. Sebagai mahasiswa rumpun sosial mahasiswa sebaiknya juga mempunyai penegtahuan tentang IPA. Mahasiswa juga harus mampu berpikir secara ilmiah. Sikap dan cara berpikir ilmiah ini sebaiknya dibangun sedini mungkin.
0 Komentar